Gorontalo, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Gorontalo masa khidmat 2011-2016, resmi dilantik. Pelantikan dilakukan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Dr H Moh Salim Aldjufri, M.Sos.I, pada Kamis (25/11) malam di Quality Hotel Gorontalo.
Sedianya pelantikan itu dilaksanakan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, namun karena kendala teknis keberangkatan oleh pihak penerbangan, akhirnya didelegasikan kepada Ketua PBNU yang membidangi wilayah tersebut.
Pelantikan dilaksanakan berdasarkan SK PBNU Nomor : 129/A.II.04/08/2011, sesuai hasil Konferwil NU Gorontalo pada tanggal 24 Juli 201, yang menetapkan Rais Syuriyah diemban oleh KH Abd Ghofir Nawawi, MA beserta 8 Wakil Rais, dan Katib Dr Lahaji Haedar, M.Ag dengan 5 Wakil Katib, di antaranya Dr H Mansur Basir, MH. Sedangkan jajaran Mustasyar di antaranya Prof Dr H Muhammadiyah Amin, MAg dan Dr H Abd Kadir Ahmad, MS, APU.
Sedangkan Ketua Tanfidziyah adalah Dr H Muhajirin Yanis, MPd.I beserta 9 Wakil
Ketua, di antanya Drs H Anis Naki, MM dan Drs H Abd Karim Rauf, M.Pd.I, Sekretaris Arianto Mopangga, S.Ag beserta 6 Wakil Sekretaris serta Bendahara Simon Marada, S.Sos, MM dibantu 3 wakil bendahara.
Salim Aldjufri mengungkapkan, pelantikan ini terbilang istimewa mengingat selama masa kepengurusan PWNU di Gorontalo, baru kali ini dilakukan pelantikan pengurus. Oleh karenanya diharapkan hal itu menjadi momentum bagi pengurus yang baru dilantik untuk membawa organisasi keagamaan ini lebih berkiprah di masyarakat.
Meski demikian pihaknya menyampaikan rasa terima kasih kepada pengurus lama, yang telah berjuang mendharmabhaktikan diri terhadap eksistensi PWNU di Gorontalo. Habib Salim juga menekankan kepada pengurus baru agar segera membentuk badan otonom, lembaga dan lajnah atau mengaktifkan kembali jika sudah terbentuk, agar NU di Gorontalo tidak mandul. Karena lembaga inilah yang melaksanakan program-program NU itu sendiri.
Lebih lanjut mantan Kakanwil Departemen Agama Gorontalo itu itu mengungkapkan, warga NU harus menjadi garda paling depan dalam menopang dan mendorong pembangunan di daerah ini.
Meski demikian pria yang pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah dan Ketua MUI Nusa Tenggara Timur itu mengingatkan agar NU menjaga jarak dengan partai politik, apalagi terjun pada praktek politik praktis. Pasalnya, kata pria yang kini berkiprah di tingkat pusat itu, NU secara organisatoris tidak lagi terlibat politik, kecuali orang-orangnya secara pribadi.
Habib Salim mengingatkan, NU tidak mengenal pelaksanaan syariat secara ekstrim. "Tidak ada kekerasan dalam Islam, jika ada berarti bukan Islam," tegasnya. Dihimbau pula, agar NU di Gorontalo menjalin hubungan yang dengan Ormas lain, termasuk agama lain.
Rais Syuriyah, KH Abd Ghofir Nawawi, MA dalam khutbah iftitahnya menekankan, NU sejak lahirnya sampai sekarang, masih eksis berkiprah pada kegiatan sosial keagamaan, namun tidak sedikit warga NU yang belum mengerti apa itu NU dan apa kegiatan yang harus dilakukan oleh warga NU tersebut. Dan tidak jarang orang yang mengaku dirinya NU tapi amaliyahnya bukan amaliyah NU. Olehnya dengan pelantikan PWNU yang baru ini, menjadi motivasi bagi pengurus, agar lebih meningkatkan khidmah pengabdian kepada NU itu sendiri.
Sedangkan Ketua PWNU Gorontalo yang baru dilantik, Muhajirin Yanis sangat mengharapkan agar seluruh pengurus bisa bekerja secara kolektif, melaksanakan amanah hasil konferensi wilayah. Dalam waktu dekat ini pihak akan menggelar Rapat Kerja Wilayah serta melakukan identifikasi kegiatan, termasuk mengaktifkan kembali Banom, lembaga dan lajnah. Bahkan ia berharap, NU bisa memiliki gedung sekretariat yang representatif.
"Olehnya saya mengharapkan dukungan seluruh warga Nahdliyin dan masyarakat Gorontalo, dalam mengemban amanah ini," harapnya.
Sementara itu Gubernur Gorontalo yang diwakili Staf Ahli bidang Pemerintahan, Sul Moito menyampaikan, selama ini hasil pemikiran yang dilakukan NU sangat membantu dalam proses pembangunan bangsa. Hingga saat ini, NU dapat menunjukan suatu keunikan, dimana modernisasi dapat dipadukan secara efektif dengan khazanah pemikiran keagamaan masa lampau. Bila dicermati lebih jauh makna pemikiran keagamaan NU menunjukan sangat dinamis dan transformatif sehingga berhasil meletakan pangkalan-pangkalan pendaratan bagi pengembangan masyarakat ke depan serta perubahan relasi kultur dan struktural di dalamnya.
"Dalam konteks ini perpaduan antara Islam sebagai ideologi murni dengan budaya lokal menjadi ciri khas NU sekaligus menunjukan kearifan lokal dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat," terangnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Pelantikan PWNU Gorontalo Berjalan Lancar"
Post a Comment