Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi menekankan adanya pengertian lebih luas dari frase “memakmurkan masjid”. Tak berhenti pada makna meramaikan tempat ibadah semata, melainkan juga meluas pada tujuan tercapainya kemakmuran masyarakat di muka bumi.
“Memakmurkan bumi harus bertolak dari kemakmuran masjid,” tuturnya saat memberi sambutan penutupan Rapimnas Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Region VIII PWNU Bali, Selasa (10/7), di Denpasar, Bali.
Menurutnya, realisasi dari semangat ini adalah berfungsinya masjid sebagai bagian dari solusi penyelesaian masalah kemasyarakatan, baik di segi pendidikan, kesehatan, dan pendidikan. “Persoalan keumatan, kemanusiaan dapat diselesaikan melalui masjid,” katanya.
Masdar mendasarkan pendapat ini pada surat at-Taubah (18) dan Hud (61). Yang pertama memberi pesan kaum mukmin memakmurkan masjid, sedangkan yang kedua mengandung perintah memakmurkan bumi. “Jadi, dari rumah-Nya, mari kita makmurkan bumi-Nya,” pintanya.
Sebelumnya, ia menjelaskan posisi memakmurkan masjid dalam sistem perjuangan NU. Banyak sekali cita-cita dan bidang kerja NU yang penyelesaianya berpusat di masjid. “Kalau saya gambarkan, ber-NU dapat diringkas menjadi memakmurkan masjid,” ungkapnya.
Ketua Pengurus Pusat LTMNU KH Abdul Manan A Gani memaparkan, data terakhir Kemenag RI menyebut jumlah masjid di Indonesia kurang lebih 1.070.000. “Dari jumlah tersebut, antara lain menurut para peneliti Lazuardi Biru, 65-70% keberadaan masjid didirikan oleh warga Nahdliyin dan tata cara/ pengamalan ibadahnya mengikuti tradisi NU,” ujarnya. Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Masjid, Titik Tolak Kemakmuran Bumi"
Post a Comment