10 Butir Deklarasi Islamabad tentang Peran Ulama dan Ekstremisme

Islamabad, NU Online
Para tokoh Muslim yang menjadi pembicara dalam acara seminar internasional dengan tema "The Role of Religious Leadership in Fight against Terrorism and Rejection of Sectarianismdi International Islamic University (IIU) Islamabad, Pakistan, beberpa waktu lalu sepakat bahwa para pemuka agama memainkan peran yang sangat penting dalam menangkal aksi terorisme dan ekstremisme. Mereka juga menekankan perlunya suatu formula pendekatan yang komprehensif dan jelas dalam menghadapi aksi kekerasan yang berpotensi menghilangkan perdamaian dan stabilitas dunia.



Seminar yang diselenggarakan di Auditorium kampus IIUI Faisal Masjid itu dibuka oleh Sekretaris Jenderal Muslim World League/Rabithah al-‘Alam al-Islami (MWL) Prof. Dr. Abdullah Bin Abdul Mohsin At-Turki. Seminar ini juga menghadirkan tokoh politik Raja Zafar ul haq, Kepala Dewan Senator Pakistan Maulana Sami ul Haq, Ketua Majelis al-Fikr al-Islami Abu Saad Muhammad bin Saad Al-Doussri, Direktur Maktabatu Da’wah Dr. Muhamad Abduh Atean, Dirjen Rabita al-‘Aalam al-Islami Pakistan, Ketua Utusan Universitas al-Azhar Mesir, cendikiawan dari Turki, para diplomat asing, kalangan media dan jajaran staf pengajar serta mahasiswa IIUI.

Dalam pemaparannya, Raja Zafar ul Haq mengatakan bahwa umat Islam saat ini masih mengalami ketidakadilan global dan ia menyerukan pentingnya upaya sinergis dalam melakukan perlindungan terhadap sesuatu yang menjadi kepentingan dan identitas umat Islam. Selanjutnya ia juga menyampaikan tentang masih banyaknya kalangan yang belum mengerti hakikat Islam sehingga selalu mengasosiasikannya dengan segala aksi kekerasan yang terjadi.

Selanjutnya Sekjend MLW, Prof. Dr. Abdul Muhsin at-Turki menekankan pentingnya peran yang dimainkan oleh lembaga pendidian seperti IIUI dalam mengangkat tema seminar seperti ini guna memberikan potret wajah Islam yang sebenarnya. “MWL mendukung upaya IIUI atas apa yang menjadi tujuan seminar, karena misi MWL adalah juga untuk menyebarkan paham Islam yang wasathiyah, tawazun, i’tidal, kepada dunia dan menolak segala bentuk kekerasan, ektremisme dan terorisme,” sambut at-Turki.  

Sementara itu lebih khusus Prof. Dr. Ahmad Yousif Al-Draiweesh selaku Presiden IIUI mengajak seluruh elemen umat Islam untuk melakukan usaha bersama dalam menyusun strategi yang komprehensif guna membangun citra positif negara-negara Islam di tengah maraknya berbagai propaganda negatif terhadap Islam. “Dunia perlu diperkenalkan tentang ajaran Islam yang sesungguhnya,” pungkas Al-Draiweesh.

Lebih lanjut ia menyampaikan "Umat Islam, agama dan nilai budayanya mengalami tunduhan yang tidak adil, sementara tindakan konkret untuk mengubah persepsi negatif tersebut tidak pernah serius dilakukan, ajakan bekerjasama di level internasional guna membangun perdamaian dan stabilitas global juga kerap diabaikan."

Untuk maksud inilah menurut Al-Draiweesh seminar ini digelar yaitu dalam rangka mewujudkan urgensi penguatan interaksi antar sesama cendekiawan muslim dan masyarakat luas dalam membangun saluran komunikasi dan dialog untuk membahas topik terkait terorisme dan ekstremisme. Selain itu hal penting lainnya yang dibahas adalah perlunya pembaharuan metodologi pengajaran yang disesuaikan dengan view of point Islam dan mencari cara yang tepat untuk memberdayakan lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang dalam masyarakat Islam.

Seminar ini mengeluarkan “Deklarasi Islamabad” yang isinya dibacakan langsung oleh Presiden IIUI Prof Dr. Ahmed Yousif A. Al-Draiweesh, yaitu sebagai berikut:

 

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang



“Deklarasi Islamabad”



Dikeluarkan dalam acara seminar "Peran Pemuka Agama dalam Menangkal Terorisme dan Sektarianisme."

Dilaksanakan di kampus International Islamic University (IIU) - Islamabad, tanggal 24 November 2015.

Dunia Islam saat ini tengah mengalami gelombang aksi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya serta dengan berbagai dalih pembenarannya.

Sebagai rasa tanggung jawab Universitas Islam Internasional untuk menjadi garda terdepan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh Islam dan penyimpangan paham yang dianut oleh umatnya baik yang berada di Timur maupun Barat dari aksi terorisme, International Islamic University (IIU) - Islamabad menggelar seminar Internasional bertemakan (Peran Pemuka Agama dalam Menangkal Terorisme dan Sektarianisme), kerjasama antara lembaga Muslim League Word/Rabithah al-‘Alam al-Islami (MLW) selaku lembaga yang memiliki perhatian terkait problematika umat Islam yang dipimpin oleh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Mohsin Al Turki, dan IIUI di bawah kepemimpinan Presiden Prof. Dr. Ahmed Yousuf A. Al-Draiweesh dan Rektor Prof. Dr. Masoon Yasinzai, bertempat di kampus lama IIUI Faisal Masjid - Islamabad.

Seminar ini dihadiri oleh sejumlah tokoh agama terkemuka dunia, para ilmuan, stakeholders, decision makers, pemikir dan kalangan media.

Seminar ini telah membahas berbagai topik penelitian dan mengeluarkan beberapa poin pernyataan sebagai berikut:

Pertama, para peserta seminar mengapresiasi upaya IIUI yang diprakarsai oleh Lembaga Dialog Muhammad Iqbal (underbow IIUI), dalam pelaksanaan seminar ini karena urgensinya dalam menghadapi situasi sulit yang dialami oleh umat Islam saat ini, dan upayanya dalam menghadirkan para ilmuwan, pemikir terkemuka serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi secara terbuka.

Kedua, seminar menyambut hangat kehadiran Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Mohsin At-Turki, Sekjen MLW dan partisipasi aktifnya dalam memberikan arahan seminar sehingga membantu keberhasilan seminar dalam pencapaian tujuannya, sebagaimana seminar juga memberikan penghargaan kepada Presiden Republik Islam Pakistan, Mr. Mamnoon Hussain yang juga selaku pemimpin tertinggi IIUI atas dukungan, supervisi dan perhatiannya terhadap seminar ini.

Ketiga, seminar menekankan bahwa aksi terorisme adalah suatu fenomena yang tidak terkait dengan Islam baik sedikit ataupun banyak. Karena ia bertentangan dengan ajaran Islam yang benar yang menyerukan kepada kasih sayang, penuh kebijaksanaan, petuah yang baik, ajakan bertoleransi, berdialog, hidup berdampingan secara damai, sikap santun dan ahlak mulia.

Keempat, seminar telah mengkaji beberapa faktor penyebab terjadinya aksi terorisme di tingkat global, di antaranya yaitu: ketidakadilan dan standar ganda dalam penanganan isu-isu yang terkait dunia Islam, ketidakadilan dan ketidakmampuan dalam melindungi kalangan yang tertindas, ketidakpedulian terhadap pemberlakukan politik tirani, embargo, pemiskinan, pembunuhan tanpa adanya proses pengadilan yang seharusnya, panatisme paham/mazhab tanpa mengindahkan ajaran Islam yang memandang manusia secara sama; dimana tidak terdapat keutamaan bangsa arab atas bangsa lainnya kecuali karena faktor ketakwaan, dimana hal tersebut juga bertentangan dengan konsep ukhuwah islamiyyah yang merupakan landasan dalam menyebarkan ajaran Islam ke seluruh alam semesta hingga menjamah Selatan Perancis selama 200 tahun, dan selama kurun waktu tersebut tidak pernah terdengar dalam catatan sejarah adanya tindakan permusuhan, terorisme dan penumpahan darah, justru yang tampak adalah suatu role of model dari tumbuhnya sikap kasih sayang dan toleransi antara para pemeluk agama dan sesama anak manusia.

Kelima, seminar menyimpulkan bahwa di antara efek negatif dari aksi terorisme adalah merebaknya tragedi pembantaian, konflik bersenjata dan tindakan kekerasan bahkan antar kelompok umat Islam sehingga melemahkan kekuatan umat Islam sendiri dan membuka pintu para musuh Islam untuk menodai Islam, termasuk munculnya fenomena Islamophobia yang melanda dunia Barat adalah sebagai akibat dari aksi terorisme yang memberikan image negatif bagi muslim minoritas yang berada di negara barat.

Keenam, seminar memberikan peringatan bahwa musuh-musuh Islam baik di Timur dan di Barat tengah berupaya memanfaatkan tindakan ekstrem yang dilakukan oleh individu lalu dituduhkan kepada sekelompok golongan umat Islam secara tidak benar untuk melancarkan makar dan merusak umat Islam serta menebarkan sikap saling benci di dalamnya sehingga kesatuan umat Islam menjadi tercerai berai.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menghindari bahaya negatif dari terorisme, seminar memberikan suatu rekomendasi sebagai berikut:

Bahwa para pemuka/pemimpin agama yang memiliki kekuatan dalam menggerakkan massa atau memiliki pengaruh, kiranya harus melakukan beberapa peran berikut:


  1. Menolak segala aksi terorisme baik dari sisi pemahaman, wasilah dan tujuan, serta menganggapnya sebagai suatu tindakan yang di luar ajaran Islam.

  2. Menolak setiap seruan untuk bersikap fanatik dan sektarian yang dapat menyulut terjadinya konflik pemikiran dan muaranya berakibat kepada munculnya konflik senjata, saling bunuh, saling benci dan bukan saling pemahaman, toleransi dan kooperatif.

  3. Mengadopsi metode dakwah yang baru dan didasarkan pada manhaj Islam ادع إلى سبيل ربك } بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن}.artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl : 125)

  4. Memfokuskan pada tujuan utama Islam yaitu terwujudnya persatuan dan solidaritas antar umat Islam, sesuai firman-Nya: {واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا} “dan perpegang teguhlah kalian pada tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai,” (Q.S Ali-Imran: 103),” dan meyakini bahwa kebesaran Islam hakikatnya adalah karena kemampuannya dalam menghilangkan rasa benci dan permusuhan di antara pihak-pihak yang tengah bertikai dan menggantikannya dengan bersemainya sikap toleransi, lemah lembut, saling menolong, cinta dan persaudaraan serta nilai inilah yang sesunguhnya menjadi kekuatan dan keagungan Islam serta magnet bagi orang-orang untuk memeluk Islam secara berbondong-bondong.

  5. Para pemuka agama kiranya dapat memulai dari dirinya untuk meninggalkan sikap kebencian, fanatik, segala hal yang dapat menyulut atau memprovokasi aksi terorisme, dan menyerukan kepada kesatuan kata/kalimatun sawa, berpartisipasi aktif dalam pertemuan secara berkala dan terorganisir untuk menyebarkan pemahaman Islam yang benar, serta membentengi kaum pemuda muslim dari penyimpangan pemikiran dan perang kebudayaan. Terkait dengan hal ini, IIUI sebagaimana biasa selalu menyambut baik setiap usaha mulia pihak manapun yang ditujukan untuk melayani kepentingan Islam dan umatnya.

  6. Seminar menyerukan kepada para penguasa/pemimpin negara Islam untuk sesegera mungkin mengambil inisiatif menyatukan kembali umat dan menghilangkan perbedaan politik yang telah melemahkan kekuatan internal umat dan berkonsentrasi untuk mengatasi problema keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, penyakit dan upaya memajukan bangsa.

  7. Seminar memberikan apresiasi atas peran Kerajaan Arab Saudi melalui Raja Salman bin Abdul Aziz yang telah mendirikan Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme dibawah pengawasan PBB. Dan IIUI menekankankan komitmennya untuk bekerjasama dengan Institut tersebut dengan menyediakan para ahli untuk kesuksesan misinya.

  8. Seminar juga menekankan pentingnya distribusi dan akselerasi hasil seminar kepada para pemimpin media di seluruh dunia muslim untuk kiranya dapat menggunakan metode penyebaran kebencian, provokasi, dan konflik sektarian sehingga media tidak menjadi instrumen penyulut aksi terorisme.

  9. Seminar menekankan pentingnya kerja sama antara universitas, civitas akademi, lembaga keagamaan, dan organisasi massa lainnya untuk memerangi terorisme, ekstremisme, takfir dan pengrusakan dengan cara melakukan pertemuan, seminar dan berbagai acara ilmiah lainnya.

  10. Seminar merekomendasikan untuk dibentuknya sebuah komite khusus untuk menindaklanjuti implementasi dari deklarasi ini, lalu mensosialisasikannya secara luas serta menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa dunia.



 

Diterjemahkan oleh:
Muladi Mughni, Aktifis PCI-NU Pakistan dan Mahasiswa program S3 IIUI)

 

Sumber: NU Online

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "10 Butir Deklarasi Islamabad tentang Peran Ulama dan Ekstremisme"

Post a Comment