Gus Rofiq Raih Gelar Doktor

Surabaya, NU Online

Sekretaris LTN PCNU Jombang Ainur Rofiq Al-Amin telah meraih gelar Doktor di Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel. Disertasinya yang berjudul “Khilafah Perspektif Hizb Al-Tahrir” telah diuji secara terbuka di aula Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel (30/7).

Gus Rofiq, demikian dia dipanggil, dapat menjawab dengan taktis beberapa pertanyaan yang dilontarkan enam guru besar sekaligus. Ainur Rofiq Al-Amin akhirnya mampu meyakinkan para penguji dengan nilai sangar memuaskan.

Ainur Rofiq yang juga mengjar di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya ini menandaskan, ada keyakinan sangat kuat di kalangan aktifis Hizbut Tahrir, bahwa mendirikan khilafah adalah harga mati.

“Bagi kalangan Hizbut Tahrir, khalifah adalah sebagai penyelamat bagi kehidupan,” kata mantan Kepala Madrasah Diniyah Bahrul Ulum Jombang ini. Ini pula yang akhirnya menginspirasi kalangan Hizbut Tahrir untuk terus berupaya mendirikan khilafah di berbagai tempat.Dalam penelitian dan komunikasi yang dilakukan dengan para aktifis HTI, awalnya menegakkan khilafah adalah sebagai fardhu kifayah.

“Namun lantaran tidak ada upaya optimal yang dilakukan banyak kalangan terhadap hal ini, maka kewajiban itu menjadi fardhu ‘ain,” kata bapak tiga anak ini.Kendati demikian, dia melihat banyak ambigu dari pemikiran, konsep dan gerakan yang dilakukan HTI. Di antaranya, mereka sebenarnya tidak menghendaki konsep teori Barat yang diformulasikan dalam bentuk negara modern.

“Namun pada saat yang bersamaan, mereka justru tumbuh dan berkembang di negara yang menjunjung tinggi demokrasi yang nota bene adalah buatan Barat,” ungkapnya. Demikian pula dari sisi gerakan, HTI  tidak bisa membuat komunitas dari kalangannya sendiri. Di banyak tempat, mereka justru hadir dengan mencaplok jamaah dan kelompok masyarakat lain seperti NU atau Muhammadiyah.

“Mereka tidak pernah mendirikan masjid atau mushalla tapi merebut masjid dan mushalla,” katanya memberikan contoh. Di kampus tertentu milik Muhammadiyah misalnya, apa keresahan dari internal pengurus mereka lantaran para penentu kebijakan di kampus tersebut ternyata mulai dikuasai oleh kalangan HTI.

Oleh karena itu, Gus Rofik berpesan agar semua pihak berhati-hati terhadap gerakan HTI ini. Khusus untuk di Indonesia, banyak sekali gerakan serupa yang ternyata mendapatkan respon cukup menggembirakan dari masyarakat. Terlepas apa yang menjadi motivasi sebagian masyarakat ikut dan bergabung serta menjadi aktivis gerakan garis keras ini, kondisi Indonesia yang menganut sistem demokrasi, memaksa semua pihak harus menerima kenyataan ini.

"Ini konsekuensi dari pilihan sebagai negara demokratis yang tidak bisa menolak aliran dari luar,” katanya.

Pada sidang yang berlangsung sekitar dua jam ini tampak hadir Ketua PCNU Jombang, KH DR Isrofil Amar, KH Chasib Wahhab (PP Bahrul Ulum), Prof DR H Achmad Zahro yang juga masih famili, serta keluarga besar dari Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan.Ujian ini bernilai istimewa lantaran istri Gus Rofik, Umi Chaidaroh pada jam sebelumnya juga berhasil mempertahankan disertasinya.

“Semoga dengan diraihnya gelar doktor bagi pasangan suami istri ini juga menjadi aset berharga bagi pengembangan Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan masyarakat Jombang dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,” kata Prof DR HM Ridhwan Nasir, MA yang juga Direktur Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Postingan terkait:

6 Tanggapan untuk "Gus Rofiq Raih Gelar Doktor"

  1. terimakasih atas komennya mas agus, kutipan komen dari al-khilafah ini semoga memberi sudut pandang berbeda. Cuma satu hal, jika nanti negara khilafah yang anda cita-citakan sudah terbangun, please jangan bubarin Indonesia dan jangan dzimmikan kami karena kami beda mazhab dg saudara-saudara pejabat khalifah. I hope you're still have Indonesian ID Card, tidak lupa sejarah pernah besar dan hidup di negara dg sistem kufur 'Indonesia'

    ReplyDelete
  2. sepertinya disertasinya banyak yg salah metodologinya perlu disayangkan kenapa disyahkan oleh kampus Sunan Ampel.
    selengkapnya kegagalan disertasi itu ada di

    ReplyDelete
  3. @ admin, sy yakin NU pada saatnya Khilafah berdiri pasti mendukungnya. NKRI yang sekuler saja masih diterima sebagai waliyyul amri ad dhorury wa as syaukah (bahkan pemerintah Hindia Belanda juga). Artinya pandangan politik NU bertumpu pada keyakinan as 'ariyah yang cenderung jabariyah atau para ahli kalam menyebutnya sebagai jabariyah mutawasithoh (moderat). Pandangan yang demikian akan selalu pro status quo. Maka tak heran di suatu waktu dijaman tahun 26 mendirikan komite khilafah, di masa sukarno mendukung nasakom dan di zaman orba menerima asas tunggal. MAka terhadap cita-cita masa depan mestinya NU mengambil sikap diam lebih baik falyakul khairan bukan menghadang dan membenci. Cobalah simak berbagai analisis dari bdan intelegen dunia (NIC) dan berbagai pendpat negarawan barat tentang kehadiran khilafah sudah di depan mata.

    ReplyDelete
  4. We're not jabariyah nor jabariyah as'ariyah mas bro. We're ahlus sunnah wal jamaah, kalaupun strategi perpolitikan masa dulu perlu dipertimbangkan unsur kekerasan lebih lanjut. Pada dasarnya di salah satu keputusan bahsul matsail, NU mendukung penerapan syariah islam diindonesia selama menggunakan cara-cara yang khoir dan tidak membuat mudharat bagi kesatuan bangsa. Sudahlah, jika memang benar-benar ingin mendirikan khilafah, urus saja dulu OKI (Organisasi Konferensi Negera Islam). Kembangkan persatuan dan kesatuan disana, buat seluruh anggotanya makmur, nanti juga jadi federasi. Jangan bermimpi mendirikan khilafah semodel Muawiyah, Abassiyah dll. Berangkatlah dari konsep negara-bangsa. Kolonialisme dinastik seperti itu niscaya akan mendatangkan perlawanan lebih lanjut.

    ReplyDelete
  5. silahkan klik
    http://www.youtube.com/watch?v=S7FdHJwHvdo

    terlihat nalar rofiq yang cemen...

    ReplyDelete