Jakarta, NU Online
Rombongan Uni Eropa yang berjumlah 4 orang mengunjungi PBNU di Kantor PBNU lt.3 Jl. Kramat Raya No. 164, Selasa (1/5) sore. Mereka adalah Charles Whitley, Destriani Nugroho, Rolf Timans (Kepala dari HAM-Instruktur Kebijakan), dan seorang dari kantor pusat Uni Eropa. Sementara PBNU diwakili oleh KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU, Marsudi Syuhud, Sekjen PBNU, dan Bina Suhendra, Bendahara Umum PBNU.
Kedua pihak membahas kerjasama seputar isu kemanusiaan, kekerasan, dan terorisme. Sementara “Kami meneruskan program Abdurrahman Wahid, Gus Dur,” ungkap Kang Said kepada tamunya.
NU adalah organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. NU memiliki pesantren 21.000, madrasah 200.000, tambahnya.Kang Said menjelaskan bahwa NU dengan sejumlah lembaga dan badan otonom yang dimilikinya selalu mengkampanyekan toleransi, kemanusiaan, deradikalisasi, dan anti terorisme. Bahkan Muslimat NU kini (Selasa) tengah mengadakan seminar tentang ‘Deradikalisasi dan Terorisme’ di Riau, Pekanbaru.
Kedua pihak saling menjelaskan kondisi masyarakat masing-masing.
“Kita memliki pemahaman yang sama. Kami di Eropa memiliki persoalan yang sama. Namun faktanya bahwa radikalisme Islam akan mempengaruhi citra Islam di dunia. Bukan hanya itu, nama baik Islam akan ternodai dan berujung pada diskriminasi,” ujar Wakil Uni Eropa.
Pada dasarnya Islam anti teroris dan anti kekerasan, jawab Kang Said. Terorisme dan kekerasan ini mulai masuk Indonesia mulai tahun 1980-an. Di tahun itu paham Wahabi dan aliran Islam garis keras masuk ke Indonesia dengan sokongan dana yang cukup kuat.
Islam pada dasarnya anti kekerasan, non muslim terhadap muslim, muslim terhadap non muslim, atau bahkan muslim terhadap muslim. NU, tandas Kang Said akan menuntut pelaku kekerasan tersebut. Apapun alasannya, kekerasan tidak bisa dibiarkan dan dibenarkan.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendirikan Negara Islam atau Negara Arab. Nabi Muhammad SAW mendirikan Negara Madinah, beradab, jadi masyarakat civilized. Sedangkan gerakan Islam wahabi dan Islam radikal sudah menyimpang dari konsep politik Islam itu sendiri, ungkap Kang Said diangguki rombongan Uni Eropa.
Akhir perjumpaan, Kang Said mengucapkan terima kasih atas kerjasama Uni Eropa dan PBNU dalam sebuah gerakan bersama mengusung toleransi, perdamaian, dan anti diskriminasi.
Tindak lanjut dari pertemuan itu adalah kelangsungan kerjasama antara Uni Eropa dan PBNU, demokrasi dan HAM, dan agenda imam exchange, pertukaran pemuka agama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "PBNU Jajaki Kerjasama dengan Uni Eropa"
Post a Comment