MEKKAH - Jamaah haji diimbau untuk tidak membawa kerikil Muzdalifah ke Indonesia dengan alasan apapun, apalagi menjadikannya sebagai jimat.
Kepala Bidang Bimbingan Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Saudi Surahmat di Makkah, Selasa, mengatakan pada setiap musim haji ada saja perilaku iseng hingga bid`ah yang dilakukan jamaah, termasuk menganggap batu kerikil Muzdalifah sebagai benda yang memiliki barokah lalu menyimpannya.
"Beragam alasan jamaah menyimpan batu kerikil Muzdalifah yang biasa digunakan untuk melontar jumrah, yakni sebagai kenang-kenangan dan ada menjadikannya sebagai jimat," kata Surahmat.
Sesungguh bukan karena alasan batu tersebut memiliki kelebihan atau apapun, tetapi karena pada dasarnya setiap jamaah dilarang mengambil apapun yang bukan haknya selama di Tanah Suci.
Di Muzdalifah, jamaah disunnah mengambil batu kerikil untuk melontar jumarah di Mina. Minimal tujuh batu kerikil untuk melontar jumrah Aqaba di Mina. Kerikil yang dikumpulkan sebesar biji kacang.
Muzdalifah terletak di antara Mazamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan lembah Muhassir. Luas Muzdalifah adalah sekitar 12,25 kilometer persegi. Di sana terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir Muzdalifah.
Jamaah berangkat ke Muzadalifah setelah wukuf di Arafah pada Kamis (25/10) atau 9 Zulhijjah, yakni setelah matahari terbenam sambil membaca talbiyah.
Di Muzdalifah jamaah disarankan melakukanlah shalat Maghrib dan Isya dengan jama dan qhasar lalu menetap (mabit) hingga Shubuh. Setelah selesai shalat, diimbau untuk memperbanyak doa dan zikir hingga hari tampak mulai terang, sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam lalu bergerak ke Mina. Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Jamaah Haji diminta Tidak Membawa Pulang Krikil dari Muzdalifah"
Post a Comment