BANDUNG - Katib Syuriah PWNU Jawa Barat Prof KH Rachmat Syafe’i mengatakan perbedaan penentuan Hari Raya Idul Adha sebetulnya bukan hanya terjadi antara NU dan Muhammadiyah saja, bahkan di kalangan NU sendiri juga bisa saja berbeda karena berlainan metode penetapan awal bulan.
Menurut Kiai Rachmat perbedaan pendapat sudah biasa terjadi di kalangan ulama salaf dan di pesantren-pesantren, tinggal bagaimana memahami alasan dan dasar yang dipegang. “Jika sudah dipahami, saling menghormati itulah yang harus dikedepankan,” terangnya Sabtu pagi (4/10).
Sikap masyarakat, lanjut dia harus kembali pada pendapat yang diyakini karena persoalan ini adalah masalah ibadah. Supaya tidak tersinggung, Kiai Rachmat mengajak masyarakat supaya saling memahami.
Baginya, toleransi itu sangat penting, yang tidak boleh adalah saling menyalahkan. Ia menjelaskan bahwa toleransi adalah mengajak orang untuk memahami dan bertanya kepada ahlinya. Dianggap penting karena toleransi pengaruhnya sangat besar. “Toleransi adalah sesuatu yang menjadi kewajiban bagi seluruh manusia,” tegas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.
Kiai yang juga menjadi ketua bidang Fatwa MUI Jawa Barat ini berharap kepada masyarakat supaya meningtkatkan kesadaran toleransi dalam beragama. Ujung-ujungnya inti dari agama, kata dia, adalah memberi nasihat, oleh karena itu harus saling menasihati.
Tingkatkan pengetahuan dengan bertanya kepada ahlinya supaya objektivitasnya tinggi, sehingga agama tidak dipengaruhi emosional yang kaku. Agama memang ada sikap emosional tetapi emosional yang tidak berdasarakan syariah, maka akan terjadi pertentangan yang tidak perlu, tambah Kiai Rachmat.
“Jadi pendekatan utama adalah tidak berdasarkan dalil, tapi bagaimana agama disikapi dengan toleransi dan saling menasehati,” pungkas pengasuh pondok Pesantren Al-Wafa, Cibiruhilir, Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "KH Rahmad Syafei: Toleransi itu Kewajiban Umat Manusia"
Post a Comment