JOMBANG - Perjalanan bangsa Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan, bahkan hingga kini tidak pernah lepas dari kiprah Nahdlatul Ulama (NU). Dengan pandangan Islam yang khas, tidak sedikit yang ingin belajar kepada Indonesia tentang Islam. Karenanya, tidak salah kalau saat ini Islam Indonesia yang sangat damai menjadi kiblat dunia, bukan lagi negara muslim di Timur Tengah.
Demikian ditegaskan oleh H. Abdul Halim Iskandar, Ketua DPRD Jawa Timur, Senin, (5/1) dalam kegiatan pendalaman Aswaja NU untuk para guru di Masjid Ar-Ribat Jogoroto, Jombang yang merupakan rangkaian kegiatan Haul Ke-5 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang diselenggarakan PC LP Ma'arif NU Jombang.
Gus Halim, sapaan akrabnya menandaskan, bahwa Islam Aswaja ala NU telah menyelamatkan Indonesia dari berbagai konflik dan perpecahan. Mengapa hal ini bisa terjadi tanyanya, setidaknya ada sejumlah hal yang menjadikan kondisi ini bisa sesuai harapan.
"Perilaku keberagamaan, ketatanegaraan serta kehidupan berbangsa berjalan dengan baik," kata Kakak kandung Muhaimin Iskandar ini.
Dengan perilaku keberagamaan Islam ala NU, lanjutnya, maka suasana di Tanah Air dapat berjalan dengan baik. "Coba bayangkan kalau yang mengemuka di negara kita adalah kelompok Islam garis keras, tentu suasananya tidak akan damai seperti ini," kata Halim.
Demikian juga, jelas Halim, dalam ketatanegaraan dan kehidupan berbangsa yang lebih dominan adalah Islam yang menghargai perbedaan, dengan sejumlah prinsip keagamaan yang mendukung. "Konsep tasamuh, i'tidal, tawazun menjadi garansi bagi kondusifnya suasana di Indonesia," terangnya.
"Dengan Islam seperti inilah maka keberadaan ideologi Aswaja ala NU bukan hanya sebagai pelengkap dalam konteks keberagamaan, berbangsa dan bernegara, namun menjadi kekuatan dominan sehingga Indonesia bisa lebih tenang," terang Gus Halim.
Kendati telah memiliki kelebihan tersebut, tambahnya, keberlangsungan Islam Indonesia yang damai bukannya tanpa ancaman. "Kemunculan ancaman dari ISIS untuk melakukan perang terbuka dengan pihak keamanan adalah bukti bahwa keadaan bisa berubah," tuturnya.
Karena itu, menurut Halim, lewat pemantapan Aswaja NU yang dilakukan para guru di lingkungan lembaga pendidikan Ma'arif adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. "Justru para guru dan ustadz inilah yang harus bisa menjamin keberlangsungan suasana kondusif tersebut," katanya.
Kegiatan ini diikuti tiga ratus peserta dari utusan MWC NU dan Ma'arif se-Kabupaten Jombang. Tampil sebagai pemateri pada sesi kedua, KH Marzuqi Mustamar. Disamping mendapatkan sejumlah fasilitas, para peserta juga mendapatkan secara gratis buku berjudul Dalil-dalil Praktis Amaliah Nahdliyah karya Kiai Marzuqi yang disarikan dari Kitab al-Muqtathafat liahlil bidayat.
Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "NU Jadikan Indonesia Kiblat Islam Yang Damai"
Post a Comment