Jember, NU Online
Aliran kebatinan adalah salah satu ancaman serius bagi kemurnian aqidah Islam. Ia dapat merongrong kehidupan umat Islam, terutama yang dasar agamanya rapuh. Jika tidak diantisipasi sedemikian rupa, aliran kebatinan akan terus mengalir, mencari mangsa hingga banyak umat Islam yang jadi korban.
“Kita harus berjuang untuk itu. Biasanya aliran kebatinan itu disokong dana yang kuat, sehingga gampang mempengaruhi orang,” ungkap Rais Syuriyah PCNU Jember KH Muhyiddin Abdusshomad saat memberikan sambutan dalam acara launching buku “Bahaya Aliran Kebatinan” di gedung Baladika NU di Antirogo-Jember, Sabtu (14/5).
Menurut penulis beberapa buku Aswaja itu, aliran kebatinan sama bahanya dengan aliran-aliran Islam yang muncul secara terang-terangan seperti wahabi. Bahaya terhadap ajaran ahlussunnah wal jama’ah.
Dikatakannya, di Jember ada dua pesantren yang mengajarkan faham wahabi, dengan nama yang cukup menipu sehingga harus dihindari. Demikian pula, banyak buku yang terbit membela dan menyebarkan ajaran wahabi.
“Kalau anda mencari buku tentang pembelaan Aswaja di toko-toko buku ternama, hampir pasti tidak ada. Kalau tentang syi’ah, wahabi dan sejenisnya, banyak. Ini bukti bahwa mereka rapi dan kuat secara finansial,” urainya.
Sementara itu, Ketua Tim Penulis Buku “Bahaya Aliran Kebatinan”, Ahmad Biyadi Busyrol Basyar, mengungkapkan bahwa ada lebih seratus aliran kebatinan pernah tumbuh di Indonesia. Aliran kebatinan, terutama yang terkait dengan Islam. Katanya, memang jarang dibahas karena pergerakannya cenderung tertutup, selain jarang yang berumur panjang. “Tapi itu juga bahaya karena mereka bergerak rapi,” tukasnya.
Sedangkan Ketua MUI Jember, Prof Dr Abdul Halim Subahar menegaskan, aliran kebatinan perlu terus diwaspadai karena walaupun skalanya kecil, misalnya, tapi jika dikelola secara sistematis bisa merongrong yang berskala besar.
“Itulah yang terjadi dengan aliran Islam seperti Islam jama’ah, salafi dan sebagainya,” tegas Halim.
Halim menambahkan, MUI terus memantau perkembangan aliran kebatinan, khususnya di Jember. Dijelaskannya, jika ada tanda-tanda atau perilaku kehidupan agama yang nyleneh dari sekelompok orang, pihaknya siap “menyelesaikan” hal tersebut.
“Tolong juga partisipasi masyarakat untuk menginformasikan itu,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, panitia menyerahkan buku secara simbolis kepada perwakilan dari pesantren, LP Ma’arif, Perguruan Tinggi, MWC NU, Pagar Nusa, IPNU dan IPPNU.
Acara tesebut mendapat sambutan yang hangat dari peserta yang berjumlah sekitar 150 orang. Mereka tidak hanya datang dari semua MWCNU Jember tapi juga dari PCNU Kencong.
ga kebalik tuh yang bahayanya, ini indonesia bukan arab, gimana ajah atuh kata tuan rumahnya. maaf
ReplyDeleteowh, berarti anda juga dalam bahaya. :)
ReplyDelete