Surabaya, NU Online
Peran ulama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia mulai dilupakan dan diabaikan, baik dalam buku sejarah maupun pemaparan-pemaparan para ahli sejarah. Padahal perjuangan para ulama dan warga nahdliyin sangat besar. Karena itu, PCNU Kota Surabaya mendirikan dan meresmikan Monumen Resolusi Jihad NU.
Monumen Resolusi Jihad NU yang dicetuskan oleh pendiri Nahdlatul Ulama KHM Hasyim Asyari bersama para ulama se Jawa dan Madura, pada 22 Oktober 1945, untuk melawan tentara NICA Belanda dan Jepang di Indonesia, itu diresmikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Kantor PCNU, Jalan Bubutan VI, Ahad (23/10).
Peresmian itu dihadiri pengurus PCNU Kota Surabaya, banom-banom di lingkungan PCNU Surabaya, dan ribuan warga nahdliyin, serta para pelajar. Hadir juga antara lain KH Muchith Muzadi (Mustasyar PBNU yang juga kakak kandung KH Hasyim Muzadi), KHM Hasan Mutawakkil Alallah (Ketua PWNU Jatim), HM Soedjak (Kakanwil Kemenag Jatim), H Musyafak Noer (Ketua DPW PPP Jatim), Martono (Ketua DPD Partai Golkar Jatim), dan sejumlah kiai lain.
Ketua PCNU Kota Surabaya KHA Saiful Chalim, menjelaskan, Resolusi Jihad NU itu belum banyak diketahui masyarakat dan umat Islam, terutama warga NU. "Perjuangan para ulama dalam mempertahankan dan membela negara terasa kurang mendapatkan perhatian," kata.Kiai Saiful.
Dijelaskan Gus Saiful – panggilan akrabnya – bahwa ide pendirian Monumen Resolusi Jihad sebenarnya telah dicetuskan sejak tahun 2008, dan peletakan batu pertama monumen itu telah dilakukan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi pada 26 Maret 2009.
Sebagaimana diketahui, Resolusi Jihad NU merupakan hasil pertemuan para kiai dan santri se-Jawa dan Madura yang dipimpin KHM Hasyim Asyari, Rais Akbar NU di Surabaya pada 21-22 Oktober 1945. Isi Resolusi Jihad antara lain mempertahankan Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Namun, peran para ulama tersebut (sengaja) dilupakan oleh masyarakat. Buktinya, hampir dalam setiap peringatan Hari Pahlawan 10 November, peran ulama hampir jarang disebutkan. “Maka keberadaan Monumen Resolusi Jihad ini sangat penting untuk mengenang perjuangan para ulama,” tandas Ketua PCNU Kota Surabaya dua periode ini.
Selama ini, kata Gus Saiful, Resolusi Jihad tidak diakui keberadaannya dalam sejarah, padahal Resolusi Jihad itulah yang mendorong semangat Arek-Arek Surabaya untuk memenangkan Pertempuran 10 November 1945. "Fakta sejarah membuktikan bahwa Resolusi Jihad itu telah berhasil mendorong para santri dari Cirebon, Magelang, Malang, dan sebagainya untuk datang ke Surabaya guna membantu Arek-Arek Surabaya dalam pertempuran melawan Belanda dan Jepang itu," katanya.
Untuk itu, Gus Saiful juga meminta kepada pemerintah agar materi tentang Resolusi Jihad dimasukkan dalam buku pelajaran sekolah. “Ini penting, karena resolusi yang digagas para ulama itu mengajarkan jihad yang benar, sekaligus meluruskan sejarah,” tegas Gus Saiful.
Tidak hanya itui, Gus Saiful juga meminta agar Gedung Monumen Resolusi Jihad diakui sebagai cagar budaya. “Kami berharap Hari Pahlawan dilaksanakan di Surabaya, bukan di Jakarta," harap Gus Saiful.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Monumen Resolusi Jihad untuk Kenang Perjuangan para Ulama"
Post a Comment