DENPASAR - Universitas Hindhu Indonesia menjadi saksi kesungguhan pemuda Indonesia menginisiasi pemuda internasional untuk terlibat aktif kampanye toleransi dan menciptakan perdamaian dunia. Hadir Opening Ceremony and Welcoming Dinner Interfaith Summit 2012 dipimpin langsung oleh Menegpora RI Andi Malarangeng.
Ia memberikan arahan agar mahasiswa dan pemuda Indonesia terlibat aktif untuk melakukan resolusi konflik yang mengatasnamakan agama. IYF dan GPFF Indonesia diharapkan mampu menjadi inspiring movement dalam forum-forum Interfaith dialogue, ke depan Kemenegpora RI akan membantu memfasilitasi ke beberapa pihak untuk menindak lanjuti hasil konferensi di Bali.
Dalam kesempatan ini hadir para pemuda dari berbagai negara, yang tentunya membawa coraknya masing-masing. Pertemuan ini diharapkan menjadi sebuah ‘titik picu’ dalam pembentukan sebuah resolusi baru menyikapi kehidupan keberagaman. Hal ini sesuai dengan tema acara International Interfaith youth Leadership Conference yaitu New paradigm in the 21’st century.
Perbedaan adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dielakkan, baik itu perbedaan ras, adat istiadat dan kebudayaan bahkan perbedaan keyakinan. namun ketika hal ini dapat dimaknai secara positif tentu akan menjadi kekayaan dan sebuah kekuatan tersendiri dalam mengusung tujuan dalam rangka turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Hal-hal yang diperbincangkan dalam konferensi internasional tersebut menjadi sangat menarik karena seluruh peserta dalam acara ini dibiarkan untuk berekspresi dan berpendapat dengan cara mereka yang beragam sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing, sehingga tidak terjebak dalam sebuah ‘pengkotakan’ tertentu, dalam arti peserta konferensi dibiarkan menyikapi perbedaan ini dengan satu tujuan hanya saja dalam menyikapi keragaman tersebut tidak dilakukan dengan cara yang seragam. Dan bukankah indah ketika kita dapat menyikapi perbedaan dan keragaman dengan cara yang beragam pula?
Konferensi berlangsung 04-07 Oktober 2012 di Universitas Hindu Denpasar-Bali , beberapa tokoh nasional dan internasional sangat antusias memaparkan gagasannya dihadapan 230 peserta dari perwakilan 24 negara. Selain YounJung Kim (Global Peace Festival Foundation USA), Y. Bhg. Dato’ Azman (Ketua Pengarah Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi Nasional Malaysia), hadir juga Raja Sapta Oktohari Ketua Umum BPP HIPMI dan Romahurmuzy Komisi IV DPR RI. Selain konferensi, Interfaith Summit menyuguhkan cultural night yang diisi dengan tari barong, tari pembuka bali, pembacaan puisi oleh budayawan NU Risfana Faisal, hingga special performance dari Taufiq Adam Minestrel yang dengan apik membawakan komposisi lagu tradisonal kontemporer, sehingga peserta dan tamu undangan terpukau dan dengan khusu’ mengikuti acara sampai selesai.
Direktur Program Indonesia Youth Forum (IYF) M. Abdul Idris, menyatakan bahwa penyelengaraan silaturahim tahunan ini sudah kali yang ke IV, dan kegiatan ini diinisiasi oleh beberapa anak Muda NU dengan menggandeng komponen kepemudaan seperti teman-teman Muhammadiyah dan Pemuda Lintas Agama.
“Di konferensi ini saya berharap tidak hanya menjadi sekedar ceremony, ataupun lips service, tetapi lebih dari itu saya berharap penyelenggaraan acara ini dapat menjawab kegaluan yang sedang mewabah di berbagai negara berkembang. Perjumpaan mahasiswa lintas agama, lintas negara, lintas ras bahkan lintas kegelisahan untuk belajar bersama mengurai masalah- masalah sosial keagamaan yang hampir tidak terdeteksi mana pangkal dan mana ujungnya”.
“Kita bukan agen klarifikasi internasional atas masalah-masalah yang sengaja diciptakan oleh korporasi politik-ekonomi internasional. Kita punya Pancasila, kita punya Bhineka Tungal Ika, yang nilai-nilainya dapat dijadikan Idiologi alternatif Dunia,” tegas Idris yang juga aktif sebagai Wasekjend PP IPNU.
Pada kesempatan lain Mudzakkir selaku Stering Comitee Interfaith Summit yang juga Mantan Ketua Umum PP Ikatan Remaja Muhammadiyah menyatakan bahwa kesadaran tentang “Unity in Diversity” dalam kehidupan beragama bukan hanya harus digaungkan oleh para elit agama dan politik, tapi juga oleh para kaum muda di seluruh dunia.
Dengan diselenggarakannya International Interfaith Youth Leadership Conference ini diharapkan para peserta yang berasal dari berbagai Negara mampu membangun kesadaran kritis tentang kehidupan multireligius yang toleran, saling menghormati, memahami serta mampu membangun kerjasama demi kehidupan dunia yang lebih baik. Kaum muda harus mampu menjadi aktor strategis sebagai change makers dalam mewujudkan dunia yang damai dan sejahtera. Dan salah satu wujud konkretnya adalah kerelaan (volunteerisms) untuk menjadi duta perdamaian di masing-masing negara dan agama mereka.
“Dialog dan kerjasama antar umat beragama, terutama di kalangan kaum muda menjadi sangat penting bagi masa depan perdamaian dunia. Di tangan mereka-lah nantinya masa depan Negara dan agama mereka dipertaruhkan. Kaum muda mempunyai keresahan bersama tentang maraknya ketegangan, konflik, bahkan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang terjadi bukan hanya di level lokal, tapi juga di level nasional dan internasional," imbuh Bob Febrian salah satu inisiator Interfaith Summit perwakilan dari pemuda Muhammadiyah.
Agama-agama harus mampu menjadi spirit bagi perdamaian dan kerjasama untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan sejahtera. Sikap toleran, saling menghormati dan kerjasama dengan aksi yang konkret untuk mengatasi persoalan kemanusiaan harus dilakukan. Kaum muda antar umat agama harus melakukan gerakan bersama atas nama kemanusiaan dengan program yang konkret seperti menolak penistaan agama, kemiskinan, korupsi, dan kekerasan. Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Indonesia Youth Forum Gelar Interfaith Summit IV di Bali"
Post a Comment