Jakarta, NU Online
Situasi dunia saat ini dipenuhi dengan berbagai kekerasan yang tak henti-hentinya, berbagai upaya telah dilakukan untuk menumbuhkan perdamaian, sayangnya kekerasan masih terus berlangsung. Ajaran sufi, dapat menjadi alternative jalan damai ditengah kekerasan tersebut.
“Sekarang ini era kekerasan dan ekstrisme, tetapi kita lebih membutuhkan era spiritual, yang menjadi modal utama dalam menjalani kehidupan. Ajaran sufi memberi dampak positif dalam perilaku kehidupan sehari-hari,” kata KH Said Aqil Siroj, Senin (11/7).
NU dari dulu sampai sekarang terus berkomitmen dalam memperjuangkan dunia yang damai, mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamiin. Dalam momentum harlah ke-85 ini, selain mempromosikan sufisme sebagai jalan hidup melalui konferensi Internasional Al Multaqo As Sufi, PBNU juga melakukan langkah nyata menggelar Prakarsa Perdamaian Afganistan.
“Amerika saja tidak sanggup menyelesaikan konflik di Afganistan. Kita berusaha menjembatani perbedaan dengan model tawassuth dan tawazun yang merupakan prinsip inti NU. Konflik akan hilang jika mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip itu,” tuturnya.
Ia menjelaskan, Afganistan merupakan pengikut Sunni yang bermazhab Hanafi, tetapi memiliki pandangan agama yang ekstrim. Nilai NU yang toleran dan moderat inilah yang akan dicoba digunakan sebagai media dalam penyelesaian konflik.
“Kita ingin menunjukkan kepada dunia, masih ada kelompok terbesar dunia yang membangun kebersamaan dengan prinsip toleran dan moderat, yaitu NU,” katanya.
Demikian pula, kekerasan yang terjadi di Libya, Yaman dan negara-negara Timur lainnya diakibatkan mereka kehilangan sifat tawazun dan tasamuh. “Seandainya masyarakat di Timur Tengah berfikir ala NU, ngak akan ada konflik,” tandasnya.
Belum ada tanggapan untuk "Sufi, Jalan Damai Ditengah Kekerasan"
Post a Comment