Brebes,
Rais Syuriyah PBNU KH Subkhan Makmun mengatakan, mondok di pesantren ibarat sedang menjala ikan di lautan lepas. Di saat menjala, tentu yang didapat bermacam-macam selain dapat ikan, sampah, sandal bahkan kotoran.
Demikian disampaikan Kiai Subkhan pada acara minum susu dan makan telor bersama bupati di Aula Pondok Pesantren Assalafiyah 1 Desa Luwungragi, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Senin malam (30/12).
Namun, kata Kiai, santri harus mampu memilah dan memilih hasil jalaan yang terbaik. Yang dimasukan dalam wadah tentukan ikan, bukan sandal apalagi kotoran.
Sebelum menjala, lanjutnya, santri juga harus ada persiapan yang matang karena di saat menjala juga banyak tantangan yang menghadang. Termasuk harus pergi di malam hari dalam keadaan sunyi senyap, dingin, pun kadang ada ombak.
“Ketika pulang. yang diambil adalah ikan dan jala harus sudah dalam keadaan bersih kembali,” kata Kang Kaji, panggilan akrab Kiai Subkhan.
Sebagai santri, lanjutnya, saat belajar tentu terkadang menemui kesulitan dengan teman, ustadz, maupun lingkungan sekitar yang ‘menggodanya’. Tetapi untuk kebaikan diri, pesantren dan kemuliaan Islam, santri harus menata diri dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ketika santri sudah pulang untuk mengabdi ke masyarakat, ilmunya benar-benar harus manfaat untuk kemaslahatan umat.
“Jangan sampai santri lalai, sehingga ilmunya tidak manfaat,” ucap Kiai Subkhan dengan gaya khasnya yang penuh kelakar.
Sebanyak 1.300 santriwan dan santriwati Assalafiyah 1 Luwungragi mengikuti gerakan minum susu dan makan telor bersama Bupati Brebes. Gerakan yang diprakarsai Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, merupakan putaran keempat. Sebelumnya menyambangi Pesantren Darunnajah Pruwatan Bumiayu, Pesantren Al Hikmah 1 dan pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog.
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti memuji para santri yang telah memilih belajar di pesantren. Karena pesantren telah terbukti mencetak generasi yang berkualitas secara jasmani maupun rohani. Sistem pembelajaran yang diterapkan selama 24 jam, benar-benar menempa kehidupan yang sesungguhnya sehingga menjadi manusia yang tangguh dan berakhlak mulia.
“Siapapun, bertujuan ingin mencapai keselamatan dunia dan akherat untuk itu harus kita upayakan dengan maksimal, selagi masih menjadi santri peningkatan belajar dan ibadah adalah hal terbaik yang harus dilakukan,” kata Bupati.
Di Brebes, kata Hj Idza, telah berdiri lebih dari 200 pesantren yang tersebar di 17 kecamatan. Hal ini menunjukkan tingginya daya saing yang dimiliki Brebes sehingga lebih dinamis dan penduduknya berakhlakul karimah.
Bupati mengajak kepada seluruh santri agar Pesantren bisa dijadikan pendidikan idola bagi generasi muda. Untuk itu, santri harus maju, berkualitas, cerdas, sehat dan berdaya guna.
Kepala Dinas Peternakan Brebes Yulia Hendrawati menjelaskan, Brebes selain memiliki komoditas bawang merah dan telor asin juga memiliki potensi di bidang peternakan seperti seperti sapi Jabres (Jawa Brebes), dan usaha olahan susu sapi di daerah Paguyangan.
“Kami ingin kebiasaan minum susu dan makan telor melekat dalam diri santri sehingga santri berdaya saing unggul,” pungkas Yulia.
Gerakan ini juga diharapkan bisa meningkatkan asupan gizi bagi santri di kabupaten Brebes. (Wasdiun/Mukafi Niam)
Sumber: NU Online
Beranda » berita NU »
berita pesantren terbaru »
berita santri »
kabar santri »
Keislaman »
kenuan »
Nadhlatul Ulama »
NU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Rais PBNU: Mondok, Ibarat Sedang Menjala Ikan"
Post a Comment