SOLO - Tak jauh dari daerah kompleks Keraton Kasunanan Surakarta, tepatnya di Kampung Gabudan, terdapat sebuah kompleks makam yang dipercaya oleh banyak orang sebagai salah satu waliyullah, Kiai Minhajul Abidin.
Menurut penuturan juru kunci makam, Yarsi, Kiai Minhajul Abidin atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kiai Minhaj Gabudan merupakan seorang ulama yang terpandang di zaman itu. “Kiai Minhaj, pada masa itu merupakan seorang tokoh ulama di kalangan Keraton Surakarta,” terang ibu berusia paruh baya itu, kepada NU Online, Kamis (17/7).
Dari silsilah, Kiai Minhaj dipercaya masih memiliki garis keturunan dengan Sunan Ampel. Sedangkan, istrina berasal dari daerah Pabelan Kedu Jawa Tengah. Tertulis dari dari beberapa keterangan yang terpajang di sekitar kompleks makam, tercatat sampai tahun 2003, Kiai Minhaj telah wafat sekitar 250 tahun yang lalu.
Diterangkan pula, Kiai Minhaj pernah menjadi guru ngaji Raja Surakarta kala itu, PB IV. Raja bahkan memberikan tanah dan membangunkan masjid beserta pesantren di daerah Gabudan, yang terletak di selatan Kota Solo, untuk keperluan dakwah Mbah Minhaj.
Kapasitas keilmuan Kiai Minhaj, dapat dilihat dari beberapa manuskrip kitab yang pernah ditulisnya. Kitab-kitab tersebut tersimpan dalam Perpustakaan Masjid Agung Solo, bersama kitab manuskrip lainnya.
Di kompleks makam tersebut, selain makam Kiai Minhaj beserta istri, juga terdapat makam lain, diantaranya makam dua puteranya, Kiai Hasan dan Kiai Umar.
Yarsi mengungkapkan, setiap malam Jumat, makam ini hampir ramai dikunjungi para peziarah. “Kecuali malam Jumat Kliwon, karena biasanya para peziarah pergi ke tempat Habib Luthfi di Pekalongan,” ujarnya.
Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Kiai Minhajul Abidin, Ulama asal Keraton Surakarta"
Post a Comment