Kerajaan Maroko atau dikenal dalam bahasa Arab “Mamlakah Maghribiyah” merupakan salah satu negara berpenduduk mayoritas Muslim. Seorang panglima pada kekhalifahan Bani Umayah bernama Uqbah bin Nafi’ membawa Islam ke tanah ini pada 680 M.
Negara yang terletak di sebelah barat Afrika yang memiliki garis pantai panjang dari Selat Giblartar hingga Laut Tengah ini memiliki tradisi dan budaya yang sedikit berbeda dari Indonesia, termasuk kala Ramadhan seperti sekarang ini.
Selain kebanyakan penduduknya yang menganut madzhab Maliki, penetapan 1 Ramadhan warga di sana selalu menunggu keputusan dari Raja sehingga perbedaan waktu memulai puasa pun tidak terjadi. Raja atau amirul mukminin juga menyerukan kepada semua warganya untuk mengikuti satu madzhab.
Lama puasa di Maghrib (Maroko) kurang lebih 16 jam, dimulai dari pukul 04.00 sampai dengan pukul 20.00 waktu setempat. Artinya, durasi tersebut dua jam lebih lama dibandingkan puasa di Indonesia. Tahun ini penduduk Muslim negara yang terkenal dengan negeri seribu benteng ini menjalani puasa bertepatan dengan musim panas.
Menu berbuka puasa yang disajikan juga tak kalah menarik. Saat berbuka mereka biasanya menghidangkan satapan khusus harirah, sup khas Maroko yang selalu disajikan dalam keadaan hangat.
Harirah biasanya ditambah dengan telur, tepung, roti, daging, atau sayuran dengan variasi berlimpah ruah. Disusul dengan halawiyat (makanan manis-manis) seperti kurma, baghir (pancake Maroko), syabbakia (wafer yang dilapisi madu dan mentega), dan diakhiri dengan macam-macam minuman, seperti susu, kopi, atau teh mint khas Maroko.
Seperti umat Islam di Indonesia, setelah shalat isya mereka bergegas meninggalkan santapannya dan menunaikan shalat tarawih, mereka berbondong-bondong dengan menggunakan jallaba (pakaian khas) Maroko. Di Maghrib kita tidak akan menemukan seseorang mengenakan sarung ataupun mukena ketika shalat.
Hal lain yang membedakan secara umum adalah bacaan dalam shalat. Imam di sana membaca bacaan surat lebih panjang sekitar 1 juz. Imam Masjid di Maroko wajib seorang hafidz (penghafal al-Qur’an) dan telah mendapatkan SK (Surat Keputusan) dari Raja.
Shalat tarawih mereka berlangsung dalam dua putaran, yaitu 8 rakaat setelah shalat isya dan dilanjutkan menjelang adzan subuh. Karena setelah shalat tarawih kebanyakan dari mereka melanjutkan santapan buka puasa dengan menu-menu khas Maghrib yang lainnya.
Penduduk Maghrib sangat menghormati Bulan Ramadhan karena selama bulan suci ini jam kerja hanya dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00 dan dibuka kembali seusai shalat tarawih hingga pukul 00.00.
Kita juga akan menemukan sedikit restoran, toko atau supermarket yang buka selama bulan Ramadhan. Hal yang unik pun terjadi ketika menjelang buka puasa sampai seusai shalat maghrib. kita tidak akan menemukan kendaraan apapun, sekalipun angkutan umum yang beroperasi. Jadi, pada waktu itu seluruh jalan diselimuti dengan ketenangan.
Sumber: NU Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Suasana Ramadhan di Maroko"
Post a Comment